Summer 2017

Bangun di kamar tidur yang aneh di dunia mimpi, remaja Haruto Tsukishiro menemukan aplikasi aneh di ponselnya. Saat dia mengaktifkan program tersebut, seorang wanita aneh muncul dan mencoba menyeretnya ke alamnya. Untungnya, seorang gadis misterius berambut putih memutuskan hubungan mereka dan membantunya melarikan diri, mengungkapkan bahwa wanita itu adalah seorang penyihir; Namun, percakapan mereka terputus. Saat Haruto memasuki alam lagi, dia bertemu dengan kucing antropomorfik yang bisa berbicara bernama Katsumi Kanzaki. Saat antek-antek penyihir mengejar mereka, gadis berambut putih itu membuka pintu bagi mereka untuk melarikan diri.

Setelah cobaan berat mereka, Haruto menggambarkan penyelamat mereka — yang hanya bisa dilihatnya — dan Katsumi, otoritas terkemuka dalam penelitian dunia mimpi, menyadari bahwa dia pasti “Lily”, makhluk yang muncul kembali berulang kali di berbagai alam mimpi. Berharap untuk meninggalkan dunia mimpi melalui pintu biru, mereka memasuki dunia penyihir sekali lagi. Menemukan diri mereka dalam bahaya, Lily mengungkapkan kebenaran kepada Haruto: para penyihir menderita “Sleeping Beauty Syndrome”, keadaan tidur seperti koma yang disebabkan oleh siksaan dalam kehidupan dunia nyata mereka. Jadi, mereka tidak bisa bangun sampai mereka dikalahkan di dunia mimpi.

Setelah akhirnya mengalahkan penyihir dan menemukan pintu biru, Haruto dan Katsumi mengucapkan selamat tinggal, berjanji untuk bertemu di dunia nyata. Namun, ketika Haruto keluar melalui pintu, dia terbangun di kamar tidur dunia mimpi sekali lagi. Mencari jawaban, Haruto dan Katsumi mencoba mengungkap misteri para penyihir, Lily, dan ketidakmampuan Haruto sendiri untuk meninggalkan dunia mimpi.

Beberapa tahun yang lalu, pahlawan wanita setempat—karakter pahlawan super yang mewakili kota dan melakukan pertunjukan panggung untuk meningkatkan popularitas kota mereka—melonjak popularitasnya. Tokoh wanita lokal yang paling terkenal, Kamidaio, dijadwalkan tampil di kota kecil Hinano, yang membuat adik perempuan Mikan Kise, Yuzu, sangat gembira. Sayangnya, saat Mikan mengajak Yuzu ke acara tersebut, dia mengetahui bahwa acara tersebut telah dibatalkan. Dia berjanji pada saudara perempuannya yang putus asa bahwa dia akan memastikan dia bisa melihat pertunjukan itu. Putus asa untuk tidak mengecewakannya, Mikan meminta bantuan teman sekelasnya, pahlawan lokal fanatik An Akagi.

Mikan dan Ann menampilkan pertunjukan Kamidaio mereka sendiri dengan kostum buatan sendiri, yang disukai anak-anak penonton meskipun tidak memiliki nilai produksi. Pertunjukan tersebut direkam oleh ketua OSIS Misaki Shirogane, yang mempostingnya secara online untuk menarik perhatian. Misaki berasal dari keluarga politisi dan mengambil tanggung jawab untuk merevitalisasi Hinano. Terkesan dengan pertunjukan mereka, dia merekrut Mikan dan An untuk menjadi pahlawan lokal resmi di kota mereka. Saat grup bekerja untuk meningkatkan pertunjukan mereka, mereka meminta bantuan dari berbagai individu yang penuh warna.

Kurangnya apa yang dianggap sebagai aset terpenting dalam bola basket, Sora Kurumatani telah berjuang dengan tinggi badannya yang pendek sejak awal kecintaannya pada permainan. Meskipun kehilangan aspek menguntungkan ini, dorongan tak tergoyahkan Sora tidak pernah membiarkan perawakannya yang kecil mendikte kemampuannya untuk bermain, sangat percaya dalam berusaha sekuat tenaga dan terus berlatih untuk membuktikan kemampuannya.

Dengan harapan dapat memuaskan keinginan ibunya, Sora memasuki SMA Kuzuryuu untuk menjadi anggota klub bola basket dan berkompetisi dengan sepenuh hati dalam turnamen. Namun, Sora kecewa saat mengetahui bahwa tim bola basket anak laki-laki itu tidak lain adalah tempat retret bagi punk yang tidak tertarik dengan olahraga tersebut. Sora juga mengetahui bahwa saudara laki-laki Chiaki dan Momoharu Hanazono — yang dia kenal — juga telah kehilangan motivasi mereka untuk bermain.

Bertekad untuk menghidupkan kembali tim bola basket, Sora menantang anak laki-laki itu untuk bertanding melawannya, di mana kakinya yang cepat dan gerakannya yang cepat membuat kelompok itu kewalahan. Secara bertahap dipengaruhi oleh keterampilan mengesankan Sora, usaha keras, dan pengabdian tak kenal lelah untuk bola basket, anak laki-laki itu tiba-tiba menemukan semangat mereka yang membara untuk permainan kembali menyala.